Minggu, 07 Maret 2010

BANJIR

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TUGAS SOFTSKILL

BANJIR




NAMA : BUSTANUL MAULANA

NPM : 21208530

KELAS : 2EB03

DOSEN : SANGSANG SANGABAKTI



UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS EKONOMI

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TUGAS SOFTSKILL

BANJIR




NAMA : BUSTANUL MAULANA

NPM : 21208530

KELAS : 2EB03

DOSEN : SANGSANG SANGABAKTI



UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS EKONOMI


Kata Pengantar


Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Ada aliran, yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah terlebihi kapasitasnya. Kondisi inilah baru bisa disebut banjir.


Dalam makalah ini di bahas mengenai penyebab banjir, dampaknya, pencegahan banjir dan jenis banjir menurut ahli Hirologi banjir di Indonesia. Di maksudkan supaya pembaca menjadi lebih tahu banyak mengenai banjir.


Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbentuknya makalah ini. Demikian makalah ini di persembahkan semoga dapat bermanfaat dan dapat memperluas pengetahuan bagi para pembaca.


















Daftar Isi


Kata Pengantar …………………………………………………….................. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………… ii


Bab I Pendahuluan

Latar Belakang ………………………………………………………………….1

Identifikasi Masalah …………………………………………………………… 1

Pembatasan Masalah …………………………………………………………... 2

Tujuan …………………………………………………………………………. 2

Manfaat ………………………………………………………………………... 3


Bab II Isi dan Pembahasan

Pengertian Banjir ……………………………………………………………… 4

Jenis Banjir Menurut Ahli Hidrologi ………………………………………….. 4

Faktor penyebab banjir dan menurunya permukaan air tanah ……………….... 5

Penyebab Banjir Karena Perubahan …………………………………………... 6

Perubahan Lingkungan ………………………………………………………... 7

Cuaca dan Iklim ……………………………………………………………….. 9

Dampak Banjir ………………………………………………………………... 12

Cara Mengatasi Banjir ………………………………………………………... 12


Bab III Penutup

Kesimpulan …………………………………………………………………… 18

Saran ………………………………………………………………………….. 19


Daftar Pustaka ………………………………………………………………. 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hujan turun dan banjir menggenangi - ini adalah fakta kehidupan umum di sebagian besar wilayah negara kita tercinta. Ketika musim hujan merasuk, takut banjir juga kicks in Namun, itu bukan satu-satunya kekhawatiran bahwa orang yang dihadapi akhir-akhir ini: kelangkaan air adalah masalah besar lain yang dihadapi semua orang ketika musim hujan berakhir dan musim kemarau dimulai.

Dulu bahwa hanya orang-orang yang tinggal di bantaran sungai harus berurusan dengan banjir. Namun, kini yang tidak lagi hal orang-orang yang tinggal di dataran tinggi juga harus bersaing dengan sering banjir karena tanah telah kehilangan kemampuan untuk menyerap air karena penebangan liar dan pembangunan gedung-gedung yang tidak ramah lingkungan.

Bahkan banyak kawasan perumahan, khususnya perumahan menengah ke bawah yang tidak hanya "berlabel bebas banjir" tapi benar-benar bebas dari banjir. Banjir yang semula musibah berubah menjadi hal yang biasa, karena kerapkali terjadi dan bahkan menjadi rutinitas yang terjadi setiap musim hujan pada suatu kawasan perumahan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan ke perumahan akan dapat menimbullkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upaya-upaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Disisi lain dipicu oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran air permukaan.

C. PEMBATASAN MASALAH

Banjir semakin berani memperluas daerah jajahannya, bukan hanya bantaran sungai, perumahan pun sekarang banyak yang tergenang banjir, seperti yang dialami beberapa kawasan perumahan di daerah Tangerang, Jakarta, dan Bekasi . Di Tangerang beberapa kawasan perumahan terendam air antara satu hingga tiga meter, Jakarta dan Bekasi banjir berkisar antara 20 cm sampai satu meter.

Penghuni kawasan perumahan yang dilanda banjir nampak pasrah menerima musibah ini, mereka kesulitan untuk pindah ke lokasi lain karena harga jual rumah turun drastis bahkan tidak ada yang berminat untuk membelinya, seperti di Perumahan Total Persada Tangerang harga rumah tipe 21 luas tanah 60 m2 yang telah direnovasi dengan biaya Rp. 25 juta akan dijual dengan harga yang sangat murah (Rp.10 juta) tidak ada yang berminat membelinya. Keadaan ini membuat mereka, banjir merupakan hal biasa dan mereka telah siap menerima kedatangannya setiap tahun.

Kawasan perumahan yang tergolong menengah ke bawah atau berlokasi dipinggiran kota, yang rata-rata masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih (tidak ada PDAM) biasanya tidak hanya dilanda banjir pada musim hujan tetapi juga dilanda kekeringan atau menurunnya permukaan air tanah dimusim kemarau.

Solusi guna mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan dapat dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak pengembang perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan untuk pembuatan konstruksi sumur resapan air atau pompa pengendali banjir.

D. TUJUAN

Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai kejadian banjir yang melanda kawasan perumahan dan pengetahuan tentang konstruksi sumur resapan air yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengembang perumahan dan Intansi yang terkait dalam mewujudkan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan.

E. MANFAAT

Membuka wawasan bagi pembaca untuk lebih mengerti tentang banjir dan bagaimana cara mencegah, menangani dan dampaknya terhadap lingkungan ataupun korban banjir.

























BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Banjir

Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Ada aliran, yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah terlebihi kapasitasnya. Kondisi inilah baru bisa disebut banjir.

2. Menurut ahli hidrologi banjir-banjir di indonesia itu dibagi menjadi

tiga jenis

a. Karena sungainya meluap, biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada disungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Kalau sudah begini, airnya itu akan mencari tempat lain, tempat itu ada dikanan kiri sungai yang biasanya merupakan daerah dataran banjir,luapan air ini bisa juga terjadi akibat kiriman, bila curah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai.

b. Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab,dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal dikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.

c. Banjir akibat pasang surut air laut. Saat air pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.

3. Faktor Penyebab Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah

Berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan yang berkembang pesat akan mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan air tanah.

Terjadinya banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Pengembangan rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB).

2. Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik.

3. Masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap pengelolaan sampah.

Pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan perumahan sejalan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain. Proses pengembangan rumah-rumah pada suatu kawasan perumahan biasanya berkisar antara 5 sampai 15 tahun atau dapat lebih cepat tergantung dari lokasi perumahan dan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang dimiliki perumahan tersebut. Pengembangan rumah atau penambahan jumlah ruangan terjadi dihampir semua lokasi perumahan, rumah-rumah dikembangkan kearah horisontal dengan pertimbangan biaya konstruksi akan lebih murah jika dibandingkan dengan pengembangan kearah vertikal. Hal ini berakibat garis sempadan bangunan antara 3 – 4 m dari tepi jalan (Saragih, 1997) yang semula diperlukan untuk area resapan air dan penghijauan atau taman menjadi tidak ada atau berubah menjadi kedap air, sehingga pada waktu musim hujan volume aliran air permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah menjadi sangat sedikit, yang mengakibatkan genangan-genangan air bahkan banjir dan berkurangnya persediaan air tanah pada lokasi perumahan.

Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumah-rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah, yang berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya.

Pengelolaan sampah di kawasan perumahan biasanya dilakukan ada yang bekerjasama dengan dinas kebersihan Pemerintah Kota (Pemko) atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan ada yang dikelola secara swadaya masyarakat. Pengelolaan secara swadaya masyarakat sering menimbulkan masalah karena menyangkut kesadaran dan partisipasi dari masing-masing individu. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan penyebab awal terjadinya penyempitan saluran drainase tidak dapat berfungsinya saluran drainase secara optimal, yang berakibat meluapnya air dan berubah menjadi genangan-genangan bahkan banjir.

Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sugai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).

Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa bisa alami??? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah-tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan-pertemuan sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.Itu faktor penyebab yg alami.

4. Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi

Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri. Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.

4.1 Perubahan Lingkungan

Perubahan lingkungan? Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Berdasarkan penelitian Diarniti (2007) jumlah vegetasi di denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun 2003 itu 17.86%, berarti berkurang 27,45% dari tahun 1994 sampai 2003.Dan ini terjadi di Denpasar, apalagi di Jakarta yang sangat padat penduduknya.

Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya tak heran jika sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak. Berdasarkan kajian LAPAN (2006),banjir yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tapi juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).

Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan (penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi) sehingga menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air, belum lagi tanah-tanah yang tertutup beton pasti lebih tinggi i aliran permukaannya.

Kembali lagi kita ke hutan yang digunakan sebagai sampel apabila tidak ada vegetasi dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan debit sungai. Onrizal (2005) juga mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air tanah rata-rata sebesar 53.2 mm/bln. Sedangkan kemampuan peresapan air pada DAS berhutan lebih besar 34.9 mm/bln di bandingkan dengan DAS tidak berhutan. Selain itu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa apabila tanaman di bawah pohon hutan ~tanaman2 yg kecil2 tuh~ itu hilang akan menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/blan. Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang di lakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan mei, juli, agustus dan september lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat bulan-bulan tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi sehinggaa air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau.

Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai. Hasil penelitian pada tahun 2003 dan tahun 2005 menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung tahun 1990-1996 akan meningkatkan debit puncak dari 280 m3/det menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase hujan menjadi direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dan dalam penelitaian yang sama juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%.

Sekarang hubunganya dengan erosi dan sedimentasi. saat terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi tegalan, maka kemungkinan erosi akan semakin tinggi. menurut Yuwono (2005) pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk-waduk, bendungan-bendungan dan sungai-sungai. setelah terjadi seperti itu, kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.

4.2 Cuaca dan Iklim

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.

Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.

Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.

Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim. Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi.

Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan iklim dari kondisi normal. Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah10 tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi baku yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade. Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.

Hal lain yang menyebabkan Banjir

  • Curah hujan dalam jangka waktu panjang.

  • Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.

  • Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.

  • Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.

  • Bendungan dan saluran air rusak.

  • Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.

  • Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).

  • Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir kiriman atau banjir bandang.



5. Dampak dari banjir

  • Ancaman wabah penyakit pasca banjir menimbulkan bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia berbahaya.

  • Penyakit diare masa pertumbuhan antara 1 - 7 hari.

  • Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk / serangga, seperti Demam Berdarah, Malaria, dan lain-lain.

  • Unsur-unsur kimia seperti pestisida, pupuk kimia dan unsur-unsur dengan bahan dasar minyak.

  • Kerugian berupa materil.

6. CARA-CARA MENGATASI BANJIR

6.1 Menyediakan Sistem Perparitan

Parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan hendaklah sentiasa dibersihkan. Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.

6.2 Projek Pendalaman Sungai

Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.

Langkah untuk menangani masalah ini ialah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Apabila proses ini dilakukan, sungai bukan sahaja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.

6.3 Memelihara Hutan

Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.

Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi.

Hutan boleh berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai penapis dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada kadar 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfera melalui sejatan pemeluwapan. Hanya dengan ini saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.

6.4 Mengawal Aktivitas Manusia

Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.

Badan-badan tertentu juga harus bertanggungjawab menentukan sungai sentiasa bersih dan tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.

Kejadian banjir merupakan malapetaka yang tidak dapat dielakkan terutamanya apabila membabitkan hujan lebat. Bagaimanapun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangkan akibat banjir. Manusia juga harus sentiasa berwaspada dengan kejadian ini.

6.5 Penerapan Konstruksi Sumur Resapan Air

Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan : a) pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas, dan c) bentuk konstruksi SRA sederhana.

Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah (Dephut,1994). Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut, 1995).



Gambar 1. Sumur Resapan Air Pada Pekarangan Rumah

Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang (Pasaribu, 1999). Oleh karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal.



6.5.1 Bentuk Dan Ukuran Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)

Bentuk dan ukuran konstruksi SRA sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991 yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil adalah berbentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal diameter 0,8 meter dan maksimum 1,4 meter dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe konstruksi SRA. Pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan campuran spesi 1 Pc : 5 Psr tidak diplester, tebal ½ bata.

Kita dapat melakukan beberapa hal untuk mengurangi intensitas banjir tahunan. Yaitu membangun sumur-sumur infiltrasi, yang merupakan pilihan yang paling cocok untuk wilayah perkotaan. Keputusan The Jakarta Kota nomor 17/1992 (disahkan sebagai peraturan kotamadya Jakarta nomor 17/1996), menuntut warganya untuk membangun sumur-sumur infiltrasi. Namun, karena membangun sumur infiltrasi relatif mahal, sebagian besar warga Jakarta cenderung mengabaikan peraturan ini. Karena itu tidak mengherankan bahwa orang-orang kurangnya kesadaran dan partisipasi, bersama-sama dengan pemerintah miskin dan penegakan hukum, telah menyebabkan banjir memburuk setiap tahun.

Pembangunan banjir kanal di bagian timur dan bagian barat Jakarta diharapkan untuk mengurangi frekuensi banjir. Namun, kanal ini tidak dapat menjamin bahwa Jakarta akan bebas dari banjir sama sekali. Kesadaran masyarakat masih memainkan peran penting dalam hal ini, tanpa itu, banjir pasti akan terus menggenangi kota Jakarta lagi dan lagi.
Sebuah metode baru untuk pencegahan banjir pada biaya yang wajar baru saja tiba: menggali tanah untuk membangun infiltrasi biopore lubang. Biopores adalah terowongan bosan ke dalam tanah yang memungkinkan organisme untuk menjadi lebih aktif dan akar tanaman untuk mengambil lebih mudah. Proses tersebut menciptakan ruang-ruang kosong di dalam tanah yang dipenuhi dengan udara, dan udara ini berisi fungsi ruang sebagai saluran untuk menyerap air lebih mudah.

Semakin banyak lubang Anda membosankan, semakin baik tanah dapat menyerap air, dan ini meminimalkan kemungkinan air menggenangi permukaan tanah. Akibatnya, banjir akan berkurang karena air langsung terserap ke dalam tanah.

Untuk hasil yang optimal, menciptakan biopores dengan menggali secara vertikal ke dalam tanah. Mengisi lubang-lubang dengan sampah organik seperti sisa organik rumah tangga, memotong rumput dan sayuran lainnya. Melalui proses kompos, bahan organik ini akan berangsur-angsur menjadi sumber energi baru bagi organisme di dalam tanah. Jumlah yang cukup produk samping organik tersebut akan meningkatkan kegiatan organisme ini, yang pada gilirannya menghasilkan lebih bioporic terowongan. Biopore membuat lubang yang lebih ekonomis dan kurang rumit dari sumur infiltrasi karena mereka dapat berfungsi secara efektif dalam ruang terbatas. Mereka dapat dibuat pada bangunan kantor, taman, halaman belakang, tempat parkir dan di dasar parit-parit drainase. Karena tidak ada peralatan canggih yang diperlukan, mereka bahkan dapat digali oleh ibu rumah tangga penuh waktu di puttering sekitar kebun.

Metode yang biopore pertama kali diciptakan pada tahun 1976 oleh Ir. Kamir Raziudin Brata, MSc, seorang peneliti dan dosen di Tanah dan Sumber Daya Alam Departemen Ilmu di Institut Pertanian Bogor. Dia telah berlatih dan menyempurnakan pendekatan peningkatan lingkungan ini selama lebih dari 20 tahun di lingkungan sendiri - lama sebelum akhirnya diperkenalkan kepada masyarakat umum.

6.5.2 Cara Membuat Lubang Penyusupan Biopore

Menggali lubang silinder vertikal ke dalam tanah yang 10 cm dengan diameter sekitar 80-100 cm. Lubang semacam itu dapat digali di halaman rumah, selokan-selokan, di sepanjang dinding teras, membuka ladang berumput dan setiap tempat di mana mengumpulkan air hujan. Perangkat untuk membuat lubang biopore dapat dibeli di Institut Pertanian Bogor atau Trubus terdekat Shop for Rp. 175.000.

Menjaga tepi lubang utuh oleh penyemenan dengan campuran yang 2-3 cm dan lebar sekitar 10 cm pembukaan agar tidak mengikis. Alternatif lain adalah dengan menyisipkan 12-cm pvc pipa di dalam bagian atas lubang. Mendorong dalam sampah organik - sisa dapur, sisa-sisa tanaman, daun-daun kering, memotong rumput dan sayuran lainnya. Seperti sampah organik akan menarik makhluk-makhluk kecil seperti cacing dan rayap untuk memasuki lubang dan membuat terowongan bioporic tambahan. Sampah di dalam lubang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah segudang dan dengan demikian memungkinkan mereka untuk mengambil bagian dalam proses pengomposan. Mikroba-membusuk ini limbah dikenal sebagai kompos, bahan utama untuk pupuk organik. Melalui proses ini, terowongan biopore tidak hanya akan berfungsi untuk menyerap air, tetapi juga membuat kompos.

Menjaga lebih banyak memasukkan sampah organik ke dalam lubang sejak proses kompos secara bertahap akan mengurangi jumlah limbah yang sudah di dalam lubang. Setelah lubang kapasitas maksimum telah tercapai, di dalam kompos dapat diambil dan digunakan sebagai pupuk. Kompos dapat dipanen selama jangka waktu tertentu dan digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman. Lubang infiltrasi Biopore bermanfaat bagi kita: dengan menggali mereka, Anda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam upaya untuk mengurangi terjadinya banjir. Selain itu, mereka akan meningkatkan kesuburan tanah Anda.
















BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Banjir merupakan masalah yang berujung pada masalah, bahkan pemerintah kewalahan menangani tamu tahunan yang datang pada musim hujan ini. Sekarang bukan hanya warga di bantaran sungai saja yang di repotkan oleh banjir, tetapi warga kawasan perumahan pun ikut menikmati luapan air sungai.

Banjir datang, penyakit datang. Ancaman wabah penyakit pasca banjir menimbulkan bakteri, Virus, parasit dan bibit penyakit lainya, termasuk juga unsur kimia berbahaya. Dan tak kalah bahayanya serangan nyamuk yang menyebabkan Malaria, Demam Berdarah. Untuk menghindari hal-hal tersebut pasca banjir gunakanlah air bersih untuk mencuci, mandi atau keperluan sehari-sehari.

Meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan, dan ulah manusia yang masih belum sadar mengenai lingkungan dengan membuang sampah sembarangan, inilah yang menjadi sebab banjir terjadi. Untuk menghindari banjir ada beberapa cara untuk menanggulanginya yaitu dengan menyediakan system perparitan, proyek pedalaman sungai, menjaga hutan, mengawal aktivitas manusia, membuat sumur resapan air.





SARAN

Para developer seharusnya melakukan pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga tidak merusak lingkungan sekitar yang berdampak pada perubahan lingkungan dan berakibat pada banjir. Dan pada perumahan harus menyediakan lahan hijau untuk daerah resapan air setidaknya 40% dari luas perumahan sehingga air dapat meresap dengan baik.

Pemerintah dan warga harus bekerjasama terutama warga bantaran sungai, yang harus mempunyai sifat disiplin untuk tidak membuang sampah di sungai, karena ini berkibat fatal yang menjadikan tersumbatnya aliran sungai dan air sungai meluap.














Daftar Pustaka