Minggu, 06 November 2011

Pohon yang Kehilangan Rohnya


Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang
ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang
letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di
sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk
apa ? Kebisaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon
dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan
kapak.

Inilah yang mereka lalukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan
memanjat hingga ke atas pohon itu.

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada
di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu.
Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh
hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki
itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu
dahan-dahannya juga akan mulai rontok dan perlahan-lahan pohon itu
akan mati dan mudah ditumbangkan.

Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini
sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka
telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap
mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut
kehilangan rohnya.

Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah,
sekarang, apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk
primitif di kepulauan Solomon ini ? O, sangat berharga sekali! Yang
jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada
mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.

Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda ?
Ayo cepat!
Dasar lelet!
Bego banget sih!

Begitu aja nggak bisa dikerjakan?
Jangan main-main disini!
Berisik !

Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda
karena Anda merasa sakit hati?
Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu tahu nggak!
Bodoh banget jadi laki/bini nggak bisa apa-apa !
Aduuuuh, perempuan kampungan banget sih !?

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya?
Stupid, soal mudah begitu aja nggak bisa!. Kapan kamu mulai akan jadi pinter?

Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal, ?
Eh tahu ngak ? Karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku kagak bakal nyesel!
Ada banyak yang bisa gantiin kamu!
Sial! Kerja gini nggak becus? Ngapain gue gaji elu?

Ingatlah ! Setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa
jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan
oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa
setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang
yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan
kita. Teriakan-teriakan, yang
kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya
akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.

Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah
untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita
perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita
berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan ?
Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan
teriakan-teriakan padahal jarak ereka hanya beberapa belas centimeter.
Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka
dekat tapi sebenarnya hati mereka begitu jauh. Itulah sebabnya mereka
harus saling berteriak !

Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha
melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi kerena
perasaan-perasaan dendam,benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita
berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada
orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati,
janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda
ingin segera membunuh roh orang lain ataupun roh hubungan Anda,
selalulah berteriak. Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan
terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan
teriakan balik, sebagai balasannya.”


Jumat, 04 November 2011

ETIKA MAHASISWA DALAM MENJALANI DUNIA KAMPUS

Sebagai seorang mahasiswa, sekarang sudah memasuki suatu fase kehidupan yaitu menjadi manusia dewasa. Sebagai seorang yang telah dewasa yang sekarang sedang menimba ilmu di suatu perguruan tinggi yaitu harus sudah mempunyai prinsip hidup yang jelas.

Salah satu prinsip hidup sebagai seorang mahasiswa adalah memahami etika kehidupan di dunia kampus, yaitu :

1. Menaati peraturan yang ditetapkan oleh Fakultas dan Para Dosen yang mendidik kita.

2. Menganggap teman sesama mahasiswa sebagai teman sejawat yang harus saling membantu dan menganggapnya sebagai pesaing secara sehat dalam berkompetisi meraih prestasi akademis.

3. Menjunjung tinggi kejujuran ilmiah dengan menaati kaidah keilmuan yang berlaku seperti menghindari tindakan menyontek, plagiat, memalsu tanda tangan kehadiran dan tindakan tercela lainnya.

4. Berprilaku sopan dan santun dalam bergaul di lingkungan kampus dan di masyarakat umum sebagai manifestasi dari kedewasaan dalam berfikir dan bertindak.

5. Berpenampilan elegan sesuai dengan mode yang berlaku saat ini tanpa harus melanggar tata tertib berpakaian di kampus.

6. Berfikir kritis, rasional dan ilmiah dalam menerima ilmu pengetahuan baru,bisa mempertimbangkan mana yang benar dan mana yang salah dengan menguji setiap masukan dengan cara mengkonfirmasikan ke sumbernya.

7. Mempunyai prinsip yang jelas dalam berpendirian di dasari dengan kerendahan hati tanpa harus tampak sombong atau angkuh.

Sarbanes-Oxley

Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hokum federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002 sebagai tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco Intrnational, Adelphia, Peregrine System dan WorldCom. Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal nasional. Akta yang diberi nama berdasarkan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and representative G. Oaxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush.

Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua dewan dan manajemen perusahaan public serta kantor akuntan public walaupun tak berlaku bagi perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau bagian yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commision (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini.

Perdebatan mengenai untung rugi penerapan Sarbox masih terus terjadi. Para pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional dengan antara lain memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa Sarbox tidak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menempatkan perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing.

Sarbox menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public company accounting oversight board (PCAOB) , yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sebagai auditor perusahaan publik. Sarbox juga mengatur masalah-masalah seperti kebebasan auditor, tata kelola perusahaan, penilaian pengendalian internal serta pengungkapan laporan keuangan yang lebih dikembangkan.