PENIPUAN DI DUNIA MAYA
Tiwi, sebut saja begitu, perempuan mapan di usianya yang ke-29. Punya pekerjaan tetap, bahkan di level manajer. Punya rumah sendiri dan kendaraan pribadi. Hanya satu yang jadi ganjalan, belum punya teman hidup. Maka, ia pun mencoba mencarinya lewat dunia maya dengan menjadi member berbagai situs pertemanan.
Di antara beberapa teman chatting Tiwi, ada satu orang yang begitu perhatian. Setiap hari tak lupa mengirim pesan lewat messenger untuk menanyakan kabarnya. Bertukar gambar lewat kamera pun pernah dilakukan. Temannya yang berasal dari Inggris itu akhirnya resmi menjadi pacar Tiwi, meski mereka belum pernah bertemu.
Sampai suatu kali, Stephen, sebut saja begitu, menulis pesan bahwa ia mengirim paket untuk Tiwi. Berisi cincin bermata berlian. Sebelumnya, Stephen memang beberapa kali menanyakan tentang ukuran jari Tiwi. Stephen mengirimkan surat tanda pengiriman barang oleh sebuah perusahaan lewat e-mail beserta nomor rekening untuk biaya yang mesti dikirim.
Dengan hati berbunga-bunga, Tiwi mentransfer uang sesuai permintaan, Rp 1.500.000. Tunggu punya tunggu, setelah satu bulan, barang belum datang juga. Dan Stephen mendadak menghilang. Tiwi pun tersadar, ia telah kena tipu.
Terorganisasi
Tiwi hanya 1 dari sekian banyak perempuan yang kena tipu teman chatting-nya. Mendengar cerita beberapa teman, saya pun mencoba mengetes benarkah ada penipuan itu, dan masuk ke sebuah situs jejaring pertemanan yang sering dibicarakan teman-teman saya. Benar saja, ada beberapa orang yang mencoba-coba menanyakan ukuran cincin, dan berkata akan mengirimkannya. Dengan tegas langsung saya tolak. Terbukti dia tidak aktif nge-buzz saya lagi.
Saya mencurigai adanya sindikasi kejahatan di sebuah situs pertemanan yang memuat informasi dengan asal negara Inggris. Asal negara Inggris bisa saja dibuat-buat, tidak ada filter untuk menyaring informasi buat siapa pun yang mendaftar. Ciri lain para penipu ini, mereka hanya memasang paling banyak 2 foto diri.
Bentuk kejahatan tidak hanya berupa penipuan uang. Ada pula yang mencoba-coba merayu untuk chatting on-cam, alias menggunakan fasilitas kamera. Setelah itu merayu para wanita untuk memperlihatkan bagian tubuh yang biasanya tertutup. Kalau sudah begitu, mereka akan merekamnya. Entah di mana gambar video Anda akan beredar.
Waspada kopi darat
Belum lama santer berita tentang banyaknya remaja yang hilang setelah kopi darat alias bertemu dengan teman chatting-nya di Facebook. Masih ingat dengan Marieta Nova Trianai (14), yang santer diberitakan hilang dari rumahnya setelah bertemu dengan teman lelakinya dari Facebook? Keluarga Nova kemudian melapor ke polisi, yang akhirnya menemukan Nova.
Bahaya kopi darat dengan teman dari situs jejaring juga mengancam nyawa. Seperti terjadi pada Ainun Mimah, asal Grobogan, Jawa Tengah. Ia ditemukan tewas setelah bertemu dan berpacaran dengan seorang teman dari Facebook yang diakuinya sebagai calon suami.
Situs jejaring juga dijadikan praktik prostitusi dan penculikan, seperti dilakukan seorang lelaki di Tangerang yang ditangkap polisi karena menculik 6 perempuan yang dikenalnya dari Facebook untuk dijadikan perempuan panggilan.
Bukan hanya di Indonesia, kejahatan terjadi di dunia maya. Di Milwaukee, AS, seorang pelajar pria ditangkap polisi karena memeras 31 teman lelakinya, seperti diberitakan Chicago Tribune. Si pelajar menyamar sebagai perempuan dan meminta teman-teman lelakinya mengiriminya foto bugil. Kemudian, para lelaki ini diminta melakukan aksi seks di depannya, dengan ancaman akan menyebarluaskan foto-foto bugil mereka via internet bila menolak.
Pemerasan seks ini bisa saja terjadi pada para perempuan dewasa. Jadi, waspadalah.
Minggu, 30 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar